Banyak orang yang mengatakan kalau mimpi
umunya terjadi berdasarkan kenyataan. Hal itu memang tidak dapat dipungkiri.
Terkadang mimpi itu terbentuk karena kenyataan yang sudah kita alami atau
justru kenyataan yang akan kita alami. Dan tentu saja setiap orang tidak mau
mengalami sebuah mimpi buruk. Rasa takut yang dimiliki setiap orang memang
dapat muncul karena mimpi buruk yang dialami.
Kali ini aku –Lisa– akan membahas sedikit
tentang mimpi buruk yang kualami belakangan ini. Pada suatu Senin, aku sedang melaksanakan
UTS (Ulangan Tengah Semester). Untuk 5 hari ke depan aku akan melaksanakan UTS
di ruang 8. Aku tidak tahu apa sebabnya –hal ini baru terjadi sekali– kami
melaksanakan UTS dengan kelas lain. Kebetulan aku memang belum mengenal semua
siswa sekolahku baik yang seangkatan maupun yang tidak.
Di ruang 8 aku melihat seorang anak laki-laki
yang terlihat agak murung. Anak itu berperawakan cukup manis dengan kulit
kuning langsat yang dimilikinya. Terlihat olehku ia sedang membaca buku dengan
serius. Aku yang sama sekali tidak mengenalnya, tidak menghiraukan anak itu. Namun
tempat dudukku yang terletak di baris paling belakang memaksaku untuk selalu
melihatnya. Semakin lama aku semakin sering melihatnya. Namun tatapan matanya
tetap memperlihatkan seakan dia sedang memiliki banyak pikiran. Tetapi aku
tetap berusaha mem-fokuskan konsentrasiku pada ulangan.
Aku melakukan banyak kegiatan –dengan
mengerjakan banyak soal ulangan– di hari itu. Hari semakin siang dan waktu
menunjukkan pukul 11.30 WIB. Bel sekolah pun berbunyi dan aku segera pulang.
Setibanya di rumah, aku makan siang, shalat, dan melakukan berbagai
kebiasaanku.
Hari semakin sore dan tak terasa siang sudah
berganti menjadi malam. Malam itu aku belajar dengan tekun dan menghiraukan
segala panggilan ibuku untuk makan malam. Ketika sudah pukul 20.00 WIB, aku
melaksanakan shalat Isya. Lalu aku pergi ke ruang makan untuk makan malam.
Setelah pukul 21.00 WIB aku kembali ke kamar dan tidur dengan lelap.
Ternyata malam itu aku bermimpi kalau aku
sedang ada di sebuah ruang kelas yang cukup asing bagiku. Aku sedang berjalan
mengelilingi ruangan. Aku melihat setiap buku dan nama yang tertera di buku
itu. Tiba-tiba saja langkahku berhenti pada sebuah meja yang sangat rapi. Di
atasnya hanya ada 1 buku dengan tulisan “We Are Jacinda”. Tulisan itu ada di
bagian nama. Namun aku merasa sangat heran dan berfikir, “memang ada ya, nama
orang We Are Jacinda?”
Seketika itu juga aku teringat dengan novel
yang belum lama ini kubaca. Tokoh utama pada novel itu bernama Jacinda. Lalu
aku melihat wajah pemilik buku itu. Dan ternyata dia adalah anak laki-laki yang
tadi kulihat di sekolah. Sontak saja aku terkejut dengan kejadian itu. Lalu aku
teringat kalau Jacinda adalah seorang perempuan. Dan kenapa lelaki itu bernama
Jacinda?
Aku merasa semakin bingung dengan situasi itu.
Lalu aku berfikir –mungkin ini terdengar konyol, tetapi aku benar-benar
melakukannya– bahwa mungkin namanya bukan Jacinda tetapi Will. Aku
memikirkannya karena Will adalah pacar Jacinda di novel yang sebelumnya kubaca.
Akhirnya, aku meninggalkan meja itu dan berjalan ke bagian depan. Di meja
paling depan, –dua meja di depannya– terdapat buku seorang anak perempuan yang
namanya diawali huruf R. Aku memang agak lupa siapa namanya. Tapi seingatku
namanya seperti nama orang asing. Dan ketika aku melihatnya, aku langsung
mengingat wajahnya.
Keesokan harinya, ketika aku terbangun, aku langsung melaksanakan
kebiasaan rutinku di pagi hari. Setelah merasa siap, aku langsung berangkat ke
sekolah. Setibanya di sekolah, aku langsung menuju ke ruang 8. Aku menghabiskan
banyak waktu dengan membahas soal bersama teman-temanku. Namun aku merasa
sedikit aneh hari itu. Bel masuk berbunyi dan guru pengawas memasuki ruangan. Kami
memberi salam kepadanya dan ia membagikan soal ulangan pada kami.
Saat sedang mengerjakan soal, seorang pegawai
absensi masuk ke ruangan dan menanyakan siapa yang tidak masuk. Aku tidak
begitu jelas mendengar nama anak itu. Namun ketika aku melihat-lihat
sekeliling, ternyata anak itu adalah anak laki-laki yang kemarin terlihat
murung. Aku terkejut seketika dan tidak bergerak untuk sesaat. Jangan-jangan
perkiraanku mengenai kondisinya kemarin adalah benar. Dan aku merasa kalau ia
sedang sakit.
Aku langsung kembali menghadapi soal ulanganku
dan mem-fokuskan diri. Aku merasa semakin penasaran siapa nama anak itu. Apakah
dugaanku benar kalau namanya adalah Will? Aku pun memutuskan untuk mencari tahu
siapa namanya. Mataku langsung tertuju ke pintu ruangan. Di sana ditempel
lembar kertas nama peserta ulangan di ruang 8. Aku pun berencana untuk
melihatnya.
Setelah selesai mengerjakan soal, aku menunggu
hingga bel istirahat berbunyi. Dan aku langsung bergegas ke pintu ruangan
ketika bel istirahat berbunyi. Aku melihat daftar nama dan menemukan bahwa
dugaanku itu benar. Ternyata namanya adalah Will. Aku benar-benar merasa heran dan
tidak bertenaga. Jadi mimpi itu benar adanya?
Dengan perasaan yang masih belum yakin, aku
melihat anak perempuan yang sedang duduk di bangku paling depan. Setelah aku
mengingat wajahnya, ternyata anak itu juga anak yang ada di dalam mimpiku. Aku langsung
melihat nomor pesertanya dan mencari tahu namanya. Hal yang tidak masuk akal
kembali terjadi. Ternyata nama anak itu adalah Rachel. Namanya diawali dengan
huruf R. Tepat seperti mimpi yang aku alami sebelumnya. Oh My God! Impossible!
Jadi, apakah kau percaya dengan mimpi?
No comments:
Post a Comment