Sunday, March 11, 2012

I Have A Dream


         Banyak orang yang mengatakan kalau mimpi umunya terjadi berdasarkan kenyataan. Hal itu memang tidak dapat dipungkiri. Terkadang mimpi itu terbentuk karena kenyataan yang sudah kita alami atau justru kenyataan yang akan kita alami. Dan tentu saja setiap orang tidak mau mengalami sebuah mimpi buruk. Rasa takut yang dimiliki setiap orang memang dapat muncul karena mimpi buruk yang dialami.
         Kali ini aku –Lisa– akan membahas sedikit tentang mimpi buruk yang kualami belakangan ini. Pada suatu Senin, aku sedang melaksanakan UTS (Ulangan Tengah Semester). Untuk 5 hari ke depan aku akan melaksanakan UTS di ruang 8. Aku tidak tahu apa sebabnya –hal ini baru terjadi sekali– kami melaksanakan UTS dengan kelas lain. Kebetulan aku memang belum mengenal semua siswa sekolahku baik yang seangkatan maupun yang tidak.
         Di ruang 8 aku melihat seorang anak laki-laki yang terlihat agak murung. Anak itu berperawakan cukup manis dengan kulit kuning langsat yang dimilikinya. Terlihat olehku ia sedang membaca buku dengan serius. Aku yang sama sekali tidak mengenalnya, tidak menghiraukan anak itu. Namun tempat dudukku yang terletak di baris paling belakang memaksaku untuk selalu melihatnya. Semakin lama aku semakin sering melihatnya. Namun tatapan matanya tetap memperlihatkan seakan dia sedang memiliki banyak pikiran. Tetapi aku tetap berusaha mem-fokuskan konsentrasiku pada ulangan.
         Aku melakukan banyak kegiatan –dengan mengerjakan banyak soal ulangan– di hari itu. Hari semakin siang dan waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB. Bel sekolah pun berbunyi dan aku segera pulang. Setibanya di rumah, aku makan siang, shalat, dan melakukan berbagai kebiasaanku.
         Hari semakin sore dan tak terasa siang sudah berganti menjadi malam. Malam itu aku belajar dengan tekun dan menghiraukan segala panggilan ibuku untuk makan malam. Ketika sudah pukul 20.00 WIB, aku melaksanakan shalat Isya. Lalu aku pergi ke ruang makan untuk makan malam. Setelah pukul 21.00 WIB aku kembali ke kamar dan tidur dengan lelap.
         Ternyata malam itu aku bermimpi kalau aku sedang ada di sebuah ruang kelas yang cukup asing bagiku. Aku sedang berjalan mengelilingi ruangan. Aku melihat setiap buku dan nama yang tertera di buku itu. Tiba-tiba saja langkahku berhenti pada sebuah meja yang sangat rapi. Di atasnya hanya ada 1 buku dengan tulisan “We Are Jacinda”. Tulisan itu ada di bagian nama. Namun aku merasa sangat heran dan berfikir, “memang ada ya, nama orang We Are Jacinda?”
         Seketika itu juga aku teringat dengan novel yang belum lama ini kubaca. Tokoh utama pada novel itu bernama Jacinda. Lalu aku melihat wajah pemilik buku itu. Dan ternyata dia adalah anak laki-laki yang tadi kulihat di sekolah. Sontak saja aku terkejut dengan kejadian itu. Lalu aku teringat kalau Jacinda adalah seorang perempuan. Dan kenapa lelaki itu bernama Jacinda?
         Aku merasa semakin bingung dengan situasi itu. Lalu aku berfikir –mungkin ini terdengar konyol, tetapi aku benar-benar melakukannya– bahwa mungkin namanya bukan Jacinda tetapi Will. Aku memikirkannya karena Will adalah pacar Jacinda di novel yang sebelumnya kubaca. Akhirnya, aku meninggalkan meja itu dan berjalan ke bagian depan. Di meja paling depan, –dua meja di depannya– terdapat buku seorang anak perempuan yang namanya diawali huruf R. Aku memang agak lupa siapa namanya. Tapi seingatku namanya seperti nama orang asing. Dan ketika aku melihatnya, aku langsung mengingat wajahnya.
         Keesokan harinya, ketika aku  terbangun, aku langsung melaksanakan kebiasaan rutinku di pagi hari. Setelah merasa siap, aku langsung berangkat ke sekolah. Setibanya di sekolah, aku langsung menuju ke ruang 8. Aku menghabiskan banyak waktu dengan membahas soal bersama teman-temanku. Namun aku merasa sedikit aneh hari itu. Bel masuk berbunyi dan guru pengawas memasuki ruangan. Kami memberi salam kepadanya dan ia membagikan soal ulangan pada kami.
         Saat sedang mengerjakan soal, seorang pegawai absensi masuk ke ruangan dan menanyakan siapa yang tidak masuk. Aku tidak begitu jelas mendengar nama anak itu. Namun ketika aku melihat-lihat sekeliling, ternyata anak itu adalah anak laki-laki yang kemarin terlihat murung. Aku terkejut seketika dan tidak bergerak untuk sesaat. Jangan-jangan perkiraanku mengenai kondisinya kemarin adalah benar. Dan aku merasa kalau ia sedang sakit.
         Aku langsung kembali menghadapi soal ulanganku dan mem-fokuskan diri. Aku merasa semakin penasaran siapa nama anak itu. Apakah dugaanku benar kalau namanya adalah Will? Aku pun memutuskan untuk mencari tahu siapa namanya. Mataku langsung tertuju ke pintu ruangan. Di sana ditempel lembar kertas nama peserta ulangan di ruang 8. Aku pun berencana untuk melihatnya.
         Setelah selesai mengerjakan soal, aku menunggu hingga bel istirahat berbunyi. Dan aku langsung bergegas ke pintu ruangan ketika bel istirahat berbunyi. Aku melihat daftar nama dan menemukan bahwa dugaanku itu benar. Ternyata namanya adalah Will. Aku benar-benar merasa heran dan tidak bertenaga. Jadi mimpi itu benar adanya?
         Dengan perasaan yang masih belum yakin, aku melihat anak perempuan yang sedang duduk di bangku paling depan. Setelah aku mengingat wajahnya, ternyata anak itu juga anak yang ada di dalam mimpiku. Aku langsung melihat nomor pesertanya dan mencari tahu namanya. Hal yang tidak masuk akal kembali terjadi. Ternyata nama anak itu adalah Rachel. Namanya diawali dengan huruf R. Tepat seperti mimpi yang aku alami sebelumnya. Oh My God! Impossible!
Jadi, apakah kau percaya dengan mimpi?

No comments: