Thursday, April 19, 2012

Mesin Motor Mati


Sudah tidak jarang melihat anak sekolahan –baik SMP ataupun SMA– yang pergi ke sekolah dengan mengendarai motornya sendiri. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga ada yang melakukannya. Salah satunya adalah aku. Aleya –panggilanku– juga pergi ke sekolah dengan mengendarai motor sendiri. Sudah 2 tahun aku melakukannya sejak masuk SMA. Namun, aku baru mulai menggunakan motor manual belakangan ini.
Aku memang baru sekali ini ke sekolah dengan menggunakan motor manual. Walau sedikit ragu, aku harus tetap melakukannya. Hal ini karena alasan yang cukup rasional. Sejak aku masuk SMA, ayahku membelikanku motor matic. Diharapkan dengan motor ini aku akan lebih mudah mengendarainya. Melihat postur tubuhku yang kecil, tentu motor matic adalah pilihan yang tepat. Namun, sejak itu juga motor manualku tidak pernah digunakan. Akhirnya –setelah 2 tahun– aku harus kembali menghidupkan mesin motor itu dan membawanya melakukan perjalanan yang jauh.
Aku pun mulai mengendarainya pegi ke sekolah. Hari ini adalah hari ke-3 sejak pertama kali aku membawanya ke sekolah. Dan tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan mesin motor yang mati. Ketika sedang macet, tiba-tiba saja mesin motorku mati. Aku yang merasa sedikit panik, mulai menghidupkan kembali mesin itu. Tiga kali kucoba dan akhirnya berhasil.
Aku terus berjalan menyusuri lalu lintas yang padat. Dan parahnya, hal yang serupa kembali terjadi. Mesin motorku mati kembali ketika macet. Untunglah aku tidak diklakson seperti keadaan sebelumnya. Sehingga aku tidak begitu panik ketika berusaha menghidupkan mesin motorku.
Kali ini aku berusaha lebih keras untuk menghidupkan mesin motorku. Aku mencoba menghidupkannya lebih dari lima kali hingga aku tak tahu berapa jumlahnya.
Dan aku cukup terkejut ketika melihat seseorang yang tak asing baru saja melewatiku. Ia berhenti tepat di depanku. Setelah kusadari, ternyata dia adalah kakak kelasku. Aku memang merasa sedikit malu ketika itu. Namun aku tetap tidak peduli dan tetap mencoba menghidupkan mesin motorku. Akhirnya setelah mesinku berhasil dinyalakan, aku menarik pedal dengan kencang hingga terdengar bunyi yang kasar. Aku tahu, orang-orang merasa jengkel dengan perbuatanku. Namun aku harus melakukannya agar mesin motorku tidak mati kembali.
Akhirnya ketika lalu lintas mulai bergerak, aku menambah gigi dan menarik pedal gas. Lalu aku berkendara menuju sekolah. Untung saja aku tidak terlambat. Aku merasa sangat bersyukur karena bisa sampai ke sekolah dengan selamat.
Keesokan harinya, ketika pulang sekolah, aku berkendara melewati jalan yang biasa. Dan tiba-tiba, terjadi insiden yang membingungkan. Setelah menyebrangi rel, motor sebelah kiriku bergeser semakin ke kanan. Dan tak lama, kulihat dia hampir berada tepat di depanku. Langsung saja aku mengerem agar tidak terlambat.
Namun ternyata usahaku sia-sia. Ternyata aku sudah terlanjur menginjak kaki kanan pengemudi tadi. Terlihat ekspresinya yang merasa sakit. Tetapi anehnya, setelah dia berpapasan denganku, dia berkata, “Maaf ya, mbak. Saya gak sengaja.”
Aku sangat kaget mendengar perkataannya. Kenapa jadi dia yang minta maaf? Padahal kan aku yang nginjek. Apa dia kira bukan aku yang nginjek? Tapi jelas-jelas dia ngeliat kalo aku yang nginjek. Ah… ya sudahlah! Udah terlanjur. Batinku.
Akhirnya, aku meneruskan perjalanan. Dan sampai di rumah dengan fikiran yang masih kacau.

No comments: