“Baiklah.
Kita mulai pelajaran hari ini,” ujar Bu Tri.
Saat
ini aku, Josephin, sedang duduk di kelas 7. Tepatnya kelas 1 tingkat SMP. Aku
yang lebih akrab disapa Joe, memuali suatu masalah dengan perilakuku yang
kurang baik. Walaupun aku seorang anak perempuan, kebiasaanku bermain dengan
laki-laki membuatku menjadi sedikit
tomboy.
Kali
ini pun aku sedang memikirkan jalan keluar yang akan kuambil. Saat ini, guruku
baru saja mulai mengajar setelah sebelumnya kami istirahrat selama setengah
jam. Namun, aku tidak terlalu berkonsentrasi dengan pelajaran karena masih
mengunyah permen karet yang kumakan ketika istirahat.
Aku
yang sudah tahu peraturan ketika belajar, lebih memilih untuk membantah
peraturan itu. Akhirnya dengan keputusan yang tidak tepat, membuatku tetap
memakan permen karet tersebut. Dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan seruan
guruku.
“Joe,
kamu lagi ngapain? Buang dulu permen karetnya,” ucap Bu Tri.
“”Ketawan
deh!” gumamku. “Padahal udah ngunyah pelan-pelan. Tapi tetep ketawan,” tambahku
dalam hati.
Akhirnya
aku memutuskan untuk membuang permen karet itu.
“Jadi,
ibu ingatkan sekali lagi. Jangan suka membantah peraturan,” ucap Bu Tri setelah
aku masuk ke kelas.
“Udah
dibuang permennya?” Tanya Bu Tri ketika aku duduk di bangku.
“Sudah,
Bu,” ujarku.
“Ibu
harap tidak ada lagi yang melakukan hal seperti yang baru saja Joe lakukan,”
kata Bu Tri, “dank arena Joe telah melanggar aturan, ibu minta besok kamu bawa
permen karet sejumlah teman-temanmu,”
“Baik,
Bu,” ucapku lirih.
“Besok
ada pelajaran ibu kan?” seru Bu Tri bertanya.
“Ada,
Bu…” ucap anak-anak.
“Bagus.
Jadi, ibu harap kamu tidak lupa untuk membawanya,” ucap Bu Tri.
Akhirnya
kami pun melanjutkan pelajarana. Dan akibatnya sepanjang jam pelajaran aku
hanya diam dan tidak berani mengobrol.
Ketika
pulang sekolah, Mai yang pulang bersamaku bertanya, “Kamu tadi kenapa ngunyah
permen?”
“Hm…
iseng. Abis males buang ke luar,” ujarku.
“Tapi
pada akhirnya kamu buang juga kan!” kata Mai.
“Iya
sih! Ya, badel dikit ga papa lah!” ujarku.
Keesokan
harinya, seperti yang sudah kujanjikan, aku membawa permen karet sebanyak 40
lembar. Ketika pelajaran Bu Tri, aku bagikan permen karet tersebut pada semua
temanku. Ya, walaupun kejadiannya sudah berlalu, rasa malu masih menyerangku.
Malu yang tak tertahankan. Sungguh-sungguh menyesal.
No comments:
Post a Comment