Thursday, April 19, 2012

Permen Karet


“Baiklah. Kita mulai pelajaran hari ini,” ujar Bu Tri.
Saat ini aku, Josephin, sedang duduk di kelas 7. Tepatnya kelas 1 tingkat SMP. Aku yang lebih akrab disapa Joe, memuali suatu masalah dengan perilakuku yang kurang baik. Walaupun aku seorang anak perempuan, kebiasaanku bermain dengan laki-laki membuatku menjadi sedikit  tomboy.
Kali ini pun aku sedang memikirkan jalan keluar yang akan kuambil. Saat ini, guruku baru saja mulai mengajar setelah sebelumnya kami istirahrat selama setengah jam. Namun, aku tidak terlalu berkonsentrasi dengan pelajaran karena masih mengunyah permen karet yang kumakan ketika istirahat.
Aku yang sudah tahu peraturan ketika belajar, lebih memilih untuk membantah peraturan itu. Akhirnya dengan keputusan yang tidak tepat, membuatku tetap memakan permen karet tersebut. Dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan seruan guruku.
“Joe, kamu lagi ngapain? Buang dulu permen karetnya,” ucap Bu Tri.
“”Ketawan deh!” gumamku. “Padahal udah ngunyah pelan-pelan. Tapi tetep ketawan,” tambahku dalam hati.
Akhirnya aku memutuskan untuk membuang permen karet itu.
“Jadi, ibu ingatkan sekali lagi. Jangan suka membantah peraturan,” ucap Bu Tri setelah aku masuk ke kelas.
“Udah dibuang permennya?” Tanya Bu Tri ketika aku duduk di bangku.
“Sudah, Bu,” ujarku.
“Ibu harap tidak ada lagi yang melakukan hal seperti yang baru saja Joe lakukan,” kata Bu Tri, “dank arena Joe telah melanggar aturan, ibu minta besok kamu bawa permen karet sejumlah teman-temanmu,”
“Baik, Bu,” ucapku lirih.
“Besok ada pelajaran ibu kan?” seru Bu Tri bertanya.
“Ada, Bu…” ucap anak-anak.
“Bagus. Jadi, ibu harap kamu tidak lupa untuk membawanya,” ucap Bu Tri.
Akhirnya kami pun melanjutkan pelajarana. Dan akibatnya sepanjang jam pelajaran aku hanya diam dan tidak berani mengobrol.
Ketika pulang sekolah, Mai yang pulang bersamaku bertanya, “Kamu tadi kenapa ngunyah permen?”
“Hm… iseng. Abis males buang ke luar,” ujarku.
“Tapi pada akhirnya kamu buang juga kan!” kata Mai.
“Iya sih! Ya, badel dikit ga papa lah!” ujarku.
Keesokan harinya, seperti yang sudah kujanjikan, aku membawa permen karet sebanyak 40 lembar. Ketika pelajaran Bu Tri, aku bagikan permen karet tersebut pada semua temanku. Ya, walaupun kejadiannya sudah berlalu, rasa malu masih menyerangku. Malu yang tak tertahankan. Sungguh-sungguh menyesal.

No comments: