Thursday, April 19, 2012

Rapat


            Sebagai manusia, tentu kita memiliki pasang-surut akan kehidupan. Ada kalanya kita merasa bahagia, namun ada kalanya kita merasa sedih atau bahkan kesal. Aku tidak mengerti kenapa hari ini terjadi. Yang aku rasakan hanyalah rasa kesal tiada tara.
Sejak pagi tiba di sekolah, aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepada temanku. Di sana berisi sebuah izin dariku untuk tidak menghadiri sebuah rapat. Lalu aku membaca buku dan mendengarkan musik.
Tak lama setelah itu, aku mendapat balasan akan kemarahan temanku. Dia tidak suka jika aku tidak mengikuti rapat. Padahal, sejak seminggu lalu, ayahku sudah mengatakan bahwa kami akan pergi bersama pada liburan besok. Dan aku justru diharuskan mengikuti rapat itu di hari di mana aku pergi.
Tiba-tiba aku merasa dadaku sakit luar biasa. Aku sungguh bingung sekaligus ragu. Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Mana yang harus kupilih? Akankan aku memilih teman atau tetap memilih keluarga. Ini adalah pilihan yang berat bagiku. Aku merasa dipojokkan dengan berbagai kemungkinan yang akan manimpaku. Untuk beberapa saat aku melupakan pemikiran itu dan melanjutkan membaca.
Aku terus terfokus pada pelajaran. Dan aku kembali merasakan rasa sakit ketika sedang mengikuti praktik Biologi. Walaupun praktik itu dikerjakan perkelompok, aku merasa hanya aku yang mengerjakan semuanya. Terutama ketika sedang menjawab pertanyaan dan kesimpulan. Aku sempat berfikir, mungkin rasa sakit ini hanyalah perasaanku saja. Namun, semakin lama aku menahannya, aku semakin tidak dapat mengendalikan diriku.
Tanpa disadari, aku mengeluarkan kata-kata kasar yang mengejutkan teman sekelompokku. Aku yang menyadari hal itu, langsung menghentikan kegiataku dan memejamkan mata. Aku berusaha menahan kemarahan agar tidak keluar dari mulutku. Aku berusaha tetap tenang dan melupakan semua kejadian di pagi itu.
Tidak sepantasnya aku melakukan hal yang buruk kepada temanku yang jelas-jelas tidak ada kaitannya dengan kejadian tadi pagi. Aku terus saja menjaga agar tubuh dan fikiranku tetap rileks.
Lalu ketika bel istirahat berbunyi, aku pergi ke kantin bersama temanku. Setelah membeli beberapa makanan, kami kembali ke kelas. ketika di koridor, aku bertemu dengan Via. Via yang juga anggota sie acara, bertanya, “Besok bisa ikut rapat kan?” Aku langsung menjawab, “Tidak ikut,”
Dan tiba-tiba Via berkata dengan nada kesal, “Ah, kamu mah gak ikut rapat mulu!”
Aku terkejut bukan main. tanganku terasa lemas dan aku hampir saja menjatuhkan makanan yang baru kubeli. Apa maksudnya berkata seperti itu? Aku hampir saja meluapkan kembali kemarahanku.
Aku sadar, kamarin, aku tidak mengikuti rapat. Namun aku  sudah ada janji sebelumnnya. Dan mereka memberitahuku kalau ada rapat, baru di hari itu. Tentu saja aku memilih menepati janjiku yang sebelumnya. Tapi itu adalah rapat pertama dan baru kali itu aku tidak mengikuti rapat selama 4 bulan terakhir.
Lalu apa maksudnya berkata seperti itu? Apakah aku ini pengkhianat? Apakah aku bersikap kurang ajar? Lalu kenapa dia berkata seperti itu? Aku benar-benar merasa kecewa padanya. Aku tidak menyangka kalau aku akan mengalami hal seburuk ini.
Setibanya di kelas, temanku yang tadi pratik bersamaku, mendekatiku.
“Kamu gak papa?” tanya Widia.
“Lah! Emang aku kenapa?”
“Mungkin kamu masih marah soal yang tadi,”
“Soal yang mana deh?”
“Pas lagi praktek. Emang marah kenapa sih? Gara-gara aku ya?”
“Oh… gapapa lagi. Bukan gara-gara kamu kok!”
“Trus gara-gara apa?”
“Yang jelas gak ada kaitannya sama kamu. Tenang aja!”
            Pembicaraan dapat dihentikan dan aku merasa lega tidak lagi harus berbicara terlalu banyak. Istirahat pun usai dan kami memulai pelajaran baru. Ketika itu, guru Bahasa Indonesia memerintahkan kami untuk mempresentasikan karya tulis yang telah dibuat.
            Akhirnya kelompok yang dipanggil olehnya maju dan bepresentasi. Ternyata bukan kelompokku yang disuruh maju. Maka kami harus membuat rangkuman mengenai hal yang dibahas dalam karya tulis mereka.
            Aku pun duduk bersama anggota kelompok yang lain. Kami menyiapkan peralatan menulis sambil bercanda. Begitupula denganku. Aku mendengarkan lelucon mereka dan melupakan kejadian tadi.
Selang beberapa menit, Ami memanggilku, “Julia, lo kemaren kemana? Kok gak ikut rapat?”
“Aku izin karena udah ada janji,”
“Ah, paya lo! Harusnya tuh lo ikut rapat. Lo kan anak acara,”
Aku hanya diam dan berusaha mengalihkan pandangan.
“Julie gak rapat… Julie curang… Julie curang…” ucapnya. Dan ketika itu aku langsung memandangnya. Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang telah kufikirkan.
Namun, setelah mendengar kata-kata yang diucapakan dengan nada mengejek, aku langsung saja membalik tubuhku memebelakangi Ami dan Ana. Dengan amarah yang mengguncang, aku memperhatikan karya tulis yang sedang dipaparkan.
Aku berusaha menenangkan diri dan terus ber-istighfar. Tak lama kemudian, aku berhasil menenangkan diri. Dan selang 15 menit, Ana memanggilku.
“Julia lagi bete ya?” ujarnya.
Tetapi, aku tidak terlalu memedulikannya dan lebih memilih diam. Dengan segera aku membuang muka dari hadapannya. Aku kembali fokus terhadap karya tulis yang ditampilkan dan duduk membelakangi mereka. Aku tidak ingin kemarahanku kembali keluar dan menyakiti teman-temanku.
             Hari pun berlalu dan tak terasa, Kamis sudah datang. Di sekolah, aku belajar seperti biasa. Dan ketika plajaran mulok usai, aku dan teman-teman kelompok dramaku membicarakan latihan.
“Jadi kita mau latihan di mana?” tanyaku.
“Di rumah siapa ya? Apa di rumah Sherin aja?” ujar Meisya.
“Kalian mau di rumah gue? Ya udah kalo gitu. Mau hari apa?” tanya Sherin.
“Kalo hari Jum’at gimana?” tanya Lia.
Mendengarnya aku hanya terdiam. Aku berfikir lagi tentang apa yang akan kulakukan.
“Yah… gue gak bisa,” seru Meisya.
“Kenapa emang?” tanya Lia.
“Gue mau ada GS. Tapi mungkin gue bisa kalo sorean dikit,” ujarnya.
“Ada lagi yang gak bisa?” Tanya Lia.
“Insya Allah bisa,” ucapku.
“Oke ya! Fix di rumah gue, jam 1,” ucap Sherin.
“Iya…” jawab beberapa anak.
Kami pun  membereskan buku dan pulang. Ya… aku merasa senang bisa berjanji ikut latihan. Tapi apakah aku akan menepatinya? Ya, lihat aja besok.

continued to Latihan

No comments: