Thursday, April 19, 2012

Latihan


Akhirnya hari Jum’at tiba. Pagi-pagi sekali aku mendapat SMS undangan nobar. Dan tak lama kemudian teman sekelompokku, Lusi, mengajakku untuk inut nobar.
“Emang beneran wajib?” tanyaku.
“Ya… gak juga sih! Tapi ntar gue gak ada temen ke rumah Sherin,” ujar Lusi.
“Yah… tapi rambutku masih basah. Baru aja keramas,”
“Ayo dong! Please… gue takut nyasar,”
“Aku juga gak tau rumahnya dimana. Kalo bareng aku jatohnya juga sama aja!”
“Tapi paling nggak, nyasarnya bareng-bareng,”
“Ye… malah ngedo’ain. Ya udah, liat nanti aja!”
Aku pun mengganti pakaian dan bersiap-siap pergi. Namun aku masih merasa ragu. Waktu sudah menunjukkan pukul 9. Sedangkan nobar dimulai jam 9. Sudah pasti aku telat untuk tiba di sana. Terlebih lagi aku tidak tau alamat rumah temanku. Kalau nyasar, bisa-bisa 2 jam lebih nyampenya.
Tapi, aku mulai memikirkan kemungkinan lain. Jikalau aku tidak dapat ikut nobar, mungkin aku bisa ke toko buku dan membeli beberapa. Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat saat itu juga.
Sudah hampir satu jam aku duduk di angkot. Jalan yang macet semakin menghambatku untuk cepat-cepat tiba di rumah temanku. Dan ketika tiba di pasar, temanku mengirimkan SMS.
“Udah ada di mana?” tanya Ais.
“Di pasar. Macet banget,” ujarku.
“Yah… kita udah mau berangkat nih! Nanti nyusul aja ya, naik 02,”
“Oke. Turun dimana?”
“Di jalan lele 4. Abangnya tau kok!”
“Sip…”
Selang beberapa menit, tibalah aku di ITC. Ternyata, teman-temanku masih ada di seberang jalan. Namun aku agak bingung. Lewat mana nyebrangnya? Gak ada Zebra cross. Akhirnya aku melihat-lihat keadaan sekitar. Ternyata ada sebuah jembatan penyebrangan 500 m di sebelah kanan. Tapi setelah berfikir lagi, lebih baik aku langsung menyebrang daripada harus jauh-jauh pergi ke jembatan penyebrangan jalan.
Aku pun nekat menyebrangi jalan yang cukup ramai dan lebar. Dan akhirnya aku tiba di tempat teman-temanku.
“Wes… akhirnya sampe juga,” ucap Ais.
“Julie gila juga! Nekat aja nyebrangnya,” tambah Dina.
“Abisan, jembatan penyebrangannya jauh,” ucapku.
“Langsung naik aja yuk! Angkotnya udah mau dateng,” kata Tikah.
Kami pun naik angkot dan pergi menuju rumah Asti. Setelah 30 menit perjalanan, kami pun tiba di gang rumah Asti.
Aku berjalan bersama dengan Tikah. Awalnya kami hanya saling berdiam. Namun Tikah mulai berbicara memecah suasana.
“Kamu gak jadi keluar bareng keluarga?” tanyanya.
“Gak. Lagian kamu bilang hari ini ada rapat. Akhirnya aku belain gak ikut. Tapi ternyata gak jadi rapatnya,” ucapku.
Namun setelah itu tak terdengar suara baik dariku maupun darinya. Walaupun berjalan beriringan, kami hanya terdiam dan tak saling bicara,
Setibanya di rumah Asti, kami duduk di sofa sambil mempersiapkan film yang akan ditonton.
“Kamu hari ini kurang sehat ya?” tanya Sissy yang duduk di sebelahku.
“Iya. Kayaknya mau pilek. Pusing pula,” ucapku.
“Trus kenapa dateng?” tanya Sissy heran.
“Di rumah sepi. Lagian Lusi minta ditemenin. Ya, udahlah! Dateng aja,” ucapku.
Seperti rencana sebelumnya, setelah kaset terpasang, kami pun menontonnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
“Li, kita berangkat jam berapa?” tanya Lusi.
“Abis shalat Dzuhur aja,” ujarku.
“Emang mau pergi ke mana?” tanya Sissy.
“Ke rumah Sherin. Latihan drama,” ujarku.
“Rajin banget. Gue aja baru latihan hari minggu,” ucap Izzie.
“Ya… pada sempet hari ini,” ucapku.
Setelah pukul 13.00, kami menunaikan ibadah shalat Dzuhur. Dan setelah shalat, kedua orang tua Asti menawarkan kami untuk makan siang. Akhirnya, kami memesan bakso malang dan memakannya hingga habis.
Kami tau, kalau latihan dimulai pukul 13.00. tapi aku da Lusi tidak mampu menahan perut yang kosong. Dan setelah pukul 13.30 kami memutuskan untuk pergi ke rumah Sherin. Ternyata perjalanan cukup lama hingga akhirnya kami tiba di rumah Sherin pukul 14.30.
Setelah sampai, kami memulai latihan sesuai peran. Satu jam kemudian Meisya datang bersama Adit.
“Dari mana aja, Bu?” tanya Lia.
“Gue nyasar tadi,” ujar Adit.
“Lah! Lo bilang, lo tau!” seru Olivia.
“Kaga tau, Liv! Lo salah denger,” ujar Adit.
“Lah, kan tadi udah gue SMS alamatnya,” ucap Olivia.
“Jangan-jangan lo SMS ke nomer yang gue pake! Itu mah nomernya mbak-mbak alfamart,” ujar Adit.
Mendengar perkataan Adit, kami semua tertawa.
“Mbak Alfamart? Kok bisa?” tanya Lia.
“Nomer gua gak bisa buat SMS. Jadi, gue pinjem aja!” ucap Adit.
“Ya, telfon lah!” seru Lia menanggapi.
“Nelfon juga gak bisa,” ucap Adit.
“Lah! Buat apa lo punya hape kalo gak bisa buat nelfon sama SMS?” ujar Sherin menanggapi.
“Ya, buat nerima aja. Tapi untungnya tadi ketemu Meisya. Setidaknya gue tertolong,” ucap Adit.
“Awalnya tuh gue bingung. Perasaan gue baru aja nelfon Sherin alamatnya. Tau-tau gue ketemu Adit. Gue bingung, kok Adit cepet banget jemput gue. Gak taunya dia nyasar,” kata Meisya.
“Ya ampun… bisa aja ya! Ya udah deh, mending kita latihan lagi,” ucap Sherin.
Kami pun melanjutkan latihan. Dan akhirnya kami mengakhiri latihan yang belum selesai pada pukul 19.15 WIB.

No comments: