Tarsius yang merupakan primata dari genus Tarsius adalah binatang unik dan langka. Genus Tarsius adalah genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Primata kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, meskipun satwa ini bukanlah monyet. Meskipun dahulu memiliki penyebaran yang luas, sekarang hanya tinggal beberapa jenis yang tersisa. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya terdapat di Sulawesi, Indonesia. Tarsius yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia yaitu Tarsius tarsier (Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil, krabuku kecil atau Pygmy tarsier).
- Infraordo Tarsiiformes
- Famili Tarsiidae
- Genus Tarsius
- Grup T. syrichta(Filipina-Barat)
- Tarsius Filipina, Tarsius syrichta
- Tarsius Barat, Tarsius bancanus
- Grup T. tarsier(Sulawesi)
- Tarsius Sulawesi, Tarsius tarsier
- Tarsius Dian, Tarsius dentatus
- Tarsius Lariang, Tarsius lariang
- Tarsius Peleng, Tarsius pelengensis
- Tarsius Sangihe, Tarsius sangirensis
- Tarsius Siau, Tarsius tumpara[4]
- Tarsius Kerdil, Tarsius pumilus
- Grup T. syrichta(Filipina-Barat)
- Genus Tarsius
- Famili Tarsiidae
Tarsius memang layak disebut sebagai primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Sedangkan panjang ekornya antara 197-205 milimeter. Tidak seperti prosimia lain, tarsius tidak mempunyai sisir gigi, dan susunan gigi mereka juga unik:
2.1.3.3
|
1.1.3.3
|
Tarsius memiliki kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa langka ini juga mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Ciri-ciri fisik tarsius yang unik lainnya adalah ukuran bola matanya yang berdiameter sekitar 16 mm. Ukuran mata tarsius lebih besar daripada ukuran otaknya. Ukuran matanya yang besar ini sangat bermanfaat bagi makhluk nokturnal ini sehingga mampu melihat dengan tajam dalam kegelapan malam. Tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.
Tarsius berburu pada malam hari. Hewan buruan utama mereka adalah serangga. Tarsius menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar.Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak.
Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, Siau, Sangihe dan Peleng. Selain itu beberapa dari mereka juga ditangkar di Taman Nasional Bantimurung dan Hutan lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini wisatawan dapat dengan mudah melihat satwa ini. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina (Pulau Bohol). Di Sulawesi, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok”.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon dengan lompatan hingga sejauh 3 meter. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Tarsius yang merupakan hewan mamalia, mengandung anak mereka selama 6 bulan hingga lahir seekor tarsius. Tarsius yang baru lahir memiliki bulu dan mampu melompat sehari setelah kelahirannya. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.
Tarsius kini tergolong langka, karena mamalia ini sangat suit dikembangbiakkan. Bukan hanya karena lamanya mengandung dan hanya melahirkan satu bayi, tapi juga karena perilaku mereka. Mereka akan merasa stress jika diletakkan di dalam kandang. Akibatnya, mereka akan menyerang pasagannya yang ada di dalam kandang tersebut.
No comments:
Post a Comment